Assalamu’alaikum wa rahmatullah hi wa barakatuh, Sobat Gembala.
Masyaallah.... Lama sekali ya ga update blog. Waduh waduh…. Kangen neh jadinya. Hohohoho.
Sebenarnya udah banyak sekali artikel-artikel yang mau aku posting, Kawan. Tapi ternyata di kelas 3 SMA ini waktu benar-benar seperti angin, cepet banget ilangnya. Full tugas, full ulangan, belum lagi 4 hari dalam seminggu aku kudu kursus. Pulang tinggal capeknya. Libur kerja rodi ngerjain tugas. Jadi makin nggak ada waktu buat ngurusin blog deh.
Eh?! Kok kesannya jadi ngeluh gini ya? Hehehehe…
Ya sudah, langsung aku sodorin postingan terbaruku ini. Tapi maaf, karena hasrat yang menggebu-gebu namun waktu yang kurang mengijinkan, nih artikel belum sempat aku edit, jadinya main copas aja deh. Semoga liburan awal puasa ini bisa ku perbaiki lagi, insyaallah….
Yuk…. Mari….
Sudahkah Sobat Gembala di sini tahu siapa si pemilik nama yang ku jadikan judul postingan ini? Ya, benar. Dia lah Sultan Abdul Hamid II, salah satu tokoh islam yang sifat amanahnya patut untuk dijadikan bahan renungan bagi para penguasa negeri ini dan bahkan penguasa di seluruh dunia.
Masyaallah…. Saya sempat nangis membacanya. Entah karena rasa kehilangan atau rasa rindu atau bahkan karena ‘mangkel’nya saya dengan para pengkhianat umat yang menjadi akar dari kehancuran penegakkan syariat islam secara global. Yang jelas hati ini sangat prihatin, sedih, sekaligus begitu rindu akan tegaknya kekhilafahan kembali di dunia ini. Semoga setelah membaca ini, Teman-teman bisa meresapi makna yang terkandung di dalamnya dan punya motivasi untuk memperjuangkan islam hingga tetes darah terakhir. Amiin ya robbal ‘alamiin….
*PENJAGA PALESTINA*
Ya, beliau lah Sultan Abdul Hamid II yang bernama lengkap Abdul Hamid Khan II bin Abdul Majid Khan. Lahir pada hari Rabu tanggal 21 September 1842 dan merupakan putra Abdul Majid dari istri keduanya. Ibunya meninggal saat beliau berusia tujuh tahun.
Sultan menguasai bahasa Turki, Arab, dan Persia. Senang membaca dan bersyair. Pada 41 Agustus 1876 (1293 H), Sultan Abdul Hamid dibaiat sebagai Khalifah di tengah-tengah merosotnya pemahaman kaum Muslim akan Islam. Kebodohan itu membuat umat tidak tahu lagi mana kawan dan mana lawan. Tidak sedikit yang terkecoh dan bersekutu dengan penjajah termasuk penjajah Zionis Yahudi yang ngebet ingin mencaplok Palestina. Pada 1892 misalnya, sekelompok Yahudi Rusia memohon kepada Sultan untuk tinggal di Palestina.
Permohonan itu dijawab Sultan dengan tegas. “Pemerintah Ustmaniyyah memberitahukan kepada segenap kaum Yahudi yang ingin hijrah ke Turki, bahwa mereka tidak akan diizinkan menetap di Palestina”. Mendengar jawaban seperti itu kaum Yahudi terpukul berat sehingga duta besar Amerika turut campur tangan.
Empat tahun kemudian, konseptor Der Judenstaat (Negera Yahudi) Theodor Hertzl, memberanikan diri menemui Sultan Abdul Hamid sambil meminta izin mendirikan gedung di al Quds, Palestina. Permohonan itu dijawab sultan “Sesungguhnya Khilafah Utsmaniyyah ini adalah milik kaum Muslim. Mereka tidak akan menyetujui permintaan itu. Sebab itu simpanlah kekayaan kalian itu dalam kantong kalian sendiri.”
Melihat keteguhan Sultan, mereka kemudian melakukan konferensi Basel di Swiss, pada 29-31 Agustus 1897 dalam rangka merumuskan strategi baru menghancurkan Khilafah. Karena gencarnya aktivitas Yahudi Zionis akhirnya Sultan pada tahun 1900 mengeluarkan keputusan pelarangan atas rombongan peziarah Yahudi ke Palestina untuk tinggal di sana lebih dari tiga bulan. Paspor Yahudi harus diserahkan kepada petugas khilafah terkait. Dan pada tahun 1901 Sultan mengeluarkan keputusan mengharamkan penjualan tanah kepada Yahudi di Palestina.
Pada tahun 1902, Hertzl berupaya menyogok Sultan. Sogokan itu di antaranya berupa:
1. Seratus lima puluh juta poundsterling (uang emas Inggris) khusus untuk Sultan;
2. Membayar semua utang pemerintah yang diwariskan khalifah sebelumnya yang mencapai 33 juta poundsterling;
3. Membangun kapal induk untuk pemerintah dengan biaya 120 juta Franc;
4. Memberi pinjaman 5 juta poundsterling tanpa bunga; dan
5. Membangun Universitas Utsmaniyyah di Palestina.
Semuanya ditolak Sultan, bahkan Sultan tidak mau menemui Hertzl, diwakilkan kepada Tahsin Basya, perdana menterinya, sambil mengirim pesan, “Nasihati Mr Hertzl agar jangan meneruskan rencananya. Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Yahudi silakan menyimpan harta mereka. Jika Khilafah Utsmaniyah dimusnahkan pada suatu hari, maka mereka boleh mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.”
Tidak henti-hentinya kaum Yahudi dengan Zionisme melancarkan gerakan untuk menumbangkan Sultan. Dengan menggunakan jargon-jargon liberation (liberalisasi), freedom (kebebasan), dan sebagainya, mereka menyebut pemerintahan Abdul Hamid II sebagai Hamidian Absolutism (pemerintah diktator Hamid), dan sebagainya.
*DIKUDETA*
Malam itu, 27 April 1909 Sultan Abdul Hamid dan keluarganya kedatangan beberapa orang tamu tak diundang. Kedatangan mereka ke Istana Yildiz menjadi catatan sejarah yang tidak akan pernah terlupakan. Mereka mengatasnama-kan perwakilan 240 anggota Parlemen Utsmaniyyah, di bawah tekanan Turki Muda, yang setuju penggulingan Abdul Hamid II dari kekuasaannya. Senator Syeikh Hamdi Afandi Mali mengeluarkan fatwa tentang penggulingan tersebut dan akhirnya disetujui oleh anggota senat yang lain. Fatwa tersebut terlihat sangat aneh dan setiap orang pasti mengetahui track record perjuangan Abdul Hamid II bahwa fatwa tersebut bertentangan dengan realitas di lapangan.
Malam itu, 27 April 1909 Sultan Abdul Hamid dan keluarganya kedatangan beberapa orang tamu tak diundang. Kedatangan mereka ke Istana Yildiz menjadi catatan sejarah yang tidak akan pernah terlupakan. Mereka mengatasnama-kan perwakilan 240 anggota Parlemen Utsmaniyyah, di bawah tekanan Turki Muda, yang setuju penggulingan Abdul Hamid II dari kekuasaannya. Senator Syeikh Hamdi Afandi Mali mengeluarkan fatwa tentang penggulingan tersebut dan akhirnya disetujui oleh anggota senat yang lain. Fatwa tersebut terlihat sangat aneh dan setiap orang pasti mengetahui track record perjuangan Abdul Hamid II bahwa fatwa tersebut bertentangan dengan realitas di lapangan.
Keempat utusan itu adalah Emmanuel Carasso, seorang Yahudi warga Italia dan wakil rakyat Salonika (Thessaloniki) di Parlemen Utsmaniyyah (Meclis-i Mebusan) melangkah masuk ke istana Yildiz. Turut bersamanya adalah Aram Efendi, wakil rakyat Armenia, Laz Arif Hikmet Pasha, anggota Dewan Senat yang juga panglima militer Utsmaniyyah, serta Arnavut Esat Toptani, wakil rakyat daerah Daraj di Meclis-i Mebusan.
Mereka mengkudeta Sultan. “Negara telah memecat Anda!” Esat Pasha memberitahu kedatangannya dengan nada angkuh. Kemudian satu persatu wajah anggota rombongan itu diperhatikan dengan seksama oleh Sultan. “Negara telah memecatku, itu tidak masalah,… tapi kenapa kalian membawa serta Yahudi ini masuk ke tempatku?” Spontan Sultan marah besar sambil menudingkan jarinya kepada Emmanuel Carasso. Sultan memang kenal benar siapa Emmanuel Carasso itu. Dialah yang bersekongkol bersama Herzl ketika ingin mendapatkan izin menempatkan Yahudi di Palestina.
Singkat kata, Sultan pun diasingkan ke Salonika, Yunani. Hingga ia menghembuskan nafas terakhir dalam penjara Beylerbeyi pada 10 Februari1918. Kepergiannya diratapi seluruh penduduk Istanbul. Mereka baru sadar karena kebodohan mereka membiarkan Khilafah Utsmaniyyah dilumpuhkan setelah pencopotan jabatan khilafahnya. Akibatnya fatal, tahun 1924, runtuhlah institusi yang menaungi kaum Muslim tersebut sehingga pada 1948 berdirilah negara ilegal Israel di tempat Nabi Muhammad SAW mikraj.
Subhanallah! Lihat, Kawan! Ketuk hati Kalian pelan-pelan. Adakah sesuatu yang begitu membekas di dalamnya setelah membaca ini? Tidakkah semangat Kalian berkobar-kobar untuk meneruskan perjuangan pemimpin yang begitu gigih dan amanah, Sultan Hamid Abdullah II ini? Kita adalah generasi Islam. Tegak-rubuhnya Islam berada di tangan kita.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka.”
(QS 13:11)
Wallahu’alam…
Senin, Agustus 30, 2010 3:30:00 PM
Subhanallah... terharu aku bacanya
padahal sampe di sogok duit ampe 7 turunan gitu masih di tolak
saluuuutt
salut buat sultan Abdul Hamid 2
Rabu, September 01, 2010 7:43:00 PM
coba pemimpin negeri ini kayak sultan abdul hamid II...
Sabtu, November 06, 2010 11:23:00 PM
Beliau sekarang sdg tersenyum melihat tulisan ini, InsyaAllah..
Sebagaimana ayahnya, Sultan Hamid I, yang waktu perang salib berhasil menumpas si Count Dracule yang kejam itu...
saya juga kesel sama negara2 liga arab, gak ada gunanya mereka tetanggan sama palestina.. grrrrrrrr!
Minggu, November 07, 2010 11:53:00 AM
hehehe.. Sabar akhi... Sekarang kondisi membuat mereka serba salah. komunikasi, pertahanan, dsb telah dikuasai oleh kaum kauffar.
Senin, November 08, 2010 6:50:00 PM
iya sih.. tapi itu juga terjadi karena mereka gak amanah sejak awal.. paling gemes waktu mesir nutup perbatasan, padahal warga sipil palestina di dalam kota lagi menghadapi ancaman genosida.. hiks.. sabar..sabar..sabar..